Untuk gejolak yang datang tanpa bilang-bilang dan seenaknya minta diantar pulang.
Kamu pemicu utama dari
getar pertama yang memberi indah sebelum waktunya. Aku tak punya alasan banyak.
Berulang kali kucoba pahami tentang esensi nyata bernama rasa. Tapi percuma,
pikiranku punya batasannya, terlalu jauh menerawang—lama-lama aku bisa gila.
Kalau diingat sekali lagi, akan ada kata aneh yang terselip dari zona
perjumpaan kita. Hanya satu hentakan kecil, satu sentilan pelan namun memberi dampak
lebih dari sebuah sentuhan, genggaman, sampai menjadi pelukan. Bahasa non-verbal
yang kita aksikan agaknya memberi dampak 93% tepat mengenai makna daripada
bahasa verbal yang hanya 7% saja mengenai makna.Yang jelas membuat kita seolah
tak ingin terlepas. Namun selama pengamatan yang kulakukan, kita haya berkutat
pada proses pengulangan: setelah kita melakukannya maka besok kita akan
melakukannya lagi, terus seperti itu…seumpama relasi yang kini kita jalani.
Aku akan menjabarkannya
dari cerita bahagia terlebih dahulu. Mungkin bagi sebagian orang hal ini akan
menjadi hal yang tidak logis. Ada seonggok bagian dari dalam diriku, yang
sepertinya punya kehendaknya sendiri, punya geraknya sendiri. Dan seringya ia
tak bisa kukendalikan. Sampai di titik terakhir ia membawa aku kepadamu. Bahagia
yang sederhanakan? Atau kauingin yang lebih rumit. Misalnya, ada meteor yang
jatuh ke arahku dan kamu dengan heroitnya menyeamatkan aku. Atau, secara
tiba-tiba sekawanan naga keluar dari tanah, dinosaurus muncul kembali, serta
jutaan kawanan raja wali mengepung kita, ketika kita sedang duduk-duduk di lobi
menunggu hal yang tak pasti. Barangkali kau mau yang lebih seru, seperti banjir,
kebakaran, gunung meletus, atau gempa bumi, kamu ingin yang mana? Tinggal pilih
saja keadaan apa yang harus aku tuliskan untuk menjadi faktor utama kita
berjumpa. Tapi bagiku, apapun yang melatar belakangi pertemuan kita itu tak
jadi masalah, yang penting kita bertemu.
Itu
sudah lebih dari cerita bahagia.
Namun, kamu tahukan…kebahagiaan
selalu menuntut keabadian. Dan di dunia ini mana ada yang abadi. Semua punya
masanya, kadarnya sudah di beri sesuai porsi. Pas, tak kurang, tak lebih. Dan semuanya
akan dirasa berlipat kali indahnya kalau rasa syukur telah kita punya. Seperti
yang kau katakan, bahwa kita harus lebih banyak belajar dengan esensi kehidupan. Maka
intisari dari rasa syukur itu akan semakin menebal di hati kita. Semoga.
Waktu itu kau seolah
menjadi sebab aku bisa lepas dari keterlepasanku. Maksudku, tentang sebuah
kenikmatan. Aku selalu mendapatkannya darimu. Kenikmatan yang begitu besar yang
menggetarkan kepala hingga ujung kaki. Kenikmatan itu berupa lengkung senyummu,
teduh tatapanmu, hangat rangkulanmu dan cinta yang tak kusadari geraknya.
Uuuppsss… aku mulai lancang
bicara soal cinta. Bukan apa-apa, cinta sendiri banyak memberi dampak.
Contohnya, rasa sakit. Karena di atas dari segala kenikmatan yang ada, cinta
adalah kenikmatan yang bungkam. Cinta itu sederetan luka. Maka setelah tadi aku
bercerita soal bahagia karena kita sudah berjumpa. Izinkan aku sekarang
bercerita tentang rasa sakit. Rasa sakit, sebenarnya adalah rasa yang sangat
ingin aku hindari. Tapi egois jika aku hanya ingin bahagia saja. Seperti yang
kubilang tadi. Semua punya masanya, ada batas kadaluarsanya. Dan yang paling
kutakutkan dari rasa sakit itu adalah perpisahan. Kita sudah bertemu, tak
bisakah kalau kita tak perlu berpisah? Aku sendiri belum mengerti pasti, untuk
apa perpisahan diciptakan. Tapi yang kuamati banyak sekali orang-orang yang
menghindarinya. Contohnya, perpisahan dengan hidup; mati. Coba berkunjung ke
rumah sakit. Bagaimana orang-orang berusaha menghindarinya dengan mengandalkan
beragai macam selang yang dipasang di badan. Berkali-kali suntikan juga
bahan-bahan kimia yang dikirimkan pada tubuh, hanya untuk menghindari
perpisahan, paling tidak memperlambat datangnya perpisahan.
Akkhhh… rumitnya! Mari,
kita buat jadi lebih sederhana: AKU TAK MAU KITA BERPISAH! Itu intinya.
Tapi bagaimana jika kau
sendiri yang meminta perpisahan itu terjadi? Akkhhh…apa benar kau ingin kita
berpisah?
Hhmmm… bisa kau bantu
aku menjawabnya?
Dan tolong, jawablah—Tapi jangan gabungkan antara jawaban “Iya” dengan “Tidak”.