15 menit sebelum masuk waktu subuh...
Wahai engkau, yang mungkin tak pernah sadar jika ada seseorang yang akan memuncah debar jantungnya, akan hilang akalnya, dan akan rela begadang semalam suntuk dia, hanya untuk bisa menjeritkan namamu dalam segmen yang cuma dia sendiri yang tahu.
Wahai engkau, yang barangkali tak bisa mengerti. Ada rasa yang sering dia sembunyikan ketika sorot mata kalian saling bersinggungan. Ada segumpal daging dalam dirinya yang menginginan engkau dengan atau tanpa nafsu. Ada si pemerhati dalam setiap langkah kaki saat kau beranjak pergi dan dia tak akan puas jadi pemerhati sampai punggungmu benar-benar tak dilihatnya lagi.
Wahai engkau, yang dengan atau tanpa kehadirannya kau tak akan pernah merasakan apa-apa. Tetapi dia akan memberi harga tinggi untuk dapatkan dengan serta menyingkirkan tanpa. Baginya setiap linimasa bersamamu adalah hal yang tak boleh ditawar-tawar lagi. Kau semacam ekstasi baginya. Dan dalam setiap dentuman waktu, fokus pencariannya hanya padamu.
Wahai engkau, yang bisa jadi tak akan pernah peduli. Dia setiap saat ingin menutup telinga dan mata dari setiap ketidakmungkinan yang ada, kemudian mewadahinya dengan rasa percaya. Dia bahkan pernah menangis tiba-tiba tanpa tahu apa sebabnya, mungkin merindukanmu jadi alasan paling masuk akal. Dia selalu menyimpan pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan itu menumpuk dalam bejana penampung keluhnya. Keinginan terbesarnya hanya ingin mengetuk pintu hatimu, sebentar saja. Kakinya ingin merasakan lantai hatimu. Sebentar saja. Angannya ingin menjamah anganmu. Sebentar saja. Bahkan dia penah bermimpi, ingin merasakan hangat dalam dekapmu. Sebentar saja.
Sebentar saja. Sebelum waktu benar-benar tak pernah memberikan itu.
Wahai engkau yang pada ketidaktahuanmu. Dia masih menunggu. Dia tak pernah lelah dengan hal itu. Dia menikmati perannya. Menikmati kepura-puraannya.
Gila, ya?
Di antara gigitan nyamuk
suasana saat hilangnya hiruk-pikuk
masih sempat-sempatnya paragraf ini tertata
lagi dan lagi kau penyebabnya.
Di antara gigitan nyamuk
suasana saat hilangnya hiruk-pikuk
masih sempat-sempatnya paragraf ini tertata
lagi dan lagi kau penyebabnya.