Pada bentangan jalan panjang.
Ada pengharapan beserta tujuan.
Setia kaucengkram dalam-dalam bersama sehembus hela yang menyembur dari dada.
Ada jarak tak kalah menyeruak, memberi jeda sebagai penyempurna
perantara.
Di sepanjang jalan ini.
Bosan diam.
Kauingin berteriak lantang, bila perlu memecahkan gendang telinga setiap
orang.
Memberitahu siapa dirimu, walau ada tiada yang diagung-agungkan mereka.
Tentu, karena tak semua hal perlu diinterpretasi, cukup kaunikmati tanpa
harus kauketahui.
Di sepanjang jalan ini.
Kautitipan percaya tanpa ragu pada waktu.
Tak perlu terburu-buru, bukankah kita hidup untuk selangkah demi selangkah
pertanyaan?
Tak harus tentukan jawaban paling mencenganggkan, sebab jawaban itu sendiri bisa punah sebelum
waktunya, bahkan menghilang sebelum sempat kaubawa pulang.
Tak usahlah tergesa-gesa, langkah kaki baru dimulai dan masih muskil untuk kata
selesai.
Masih ada segitiga yang harus kau ubah sudutnya, menjadi lingkaran, seiring langkahmu yang
tak terputuskan.
Di sepanjang jalan ini.
Sampai lelah kaumencari.
Tentang hal-hal yang kaubenci pun sukai.
Tentang cinta.
Tentang Tuhan.
Tentang ada dalam ketiadaan;
Penuntut penjelasan dalam ketidakjelasan.
Kupersembahkan untuk si pejalan kaki tadi pagi.