Ketika kau tengah memikirkan dan tidak mengerti tentang sesuatu, maka cari dan temukan jawabannya di sekelilingmu.
Itu salah satu wejangan yang kutahu. Tapi sungguh kini terasa wejangan itu tak memberi dampak apa-apa, terkhusus utukku. Padahal sebelumnya, wejangan itu kujunjung tinggi-tinggi. Biasanya dapat kucerna sekitar, bisa kukunyah hal-hal klausal. Namun beberapa minggu ini yang ada hambar. Memudar. Setiap kali kupikirkan, hasilnya pupus di tengah jalan. Ada peremis yang menyamar, menyelip berkali-kali jadi sesuatu yang tak kukenal. Beberapa minggu terakhir ini seolah tak kudapatkan timbal-balik dari apa yang kukerjakan. Belakangan ini aku tidak mengerti arah tujuan. Buta sama pilihan. Segalanya getir, terlewati gitu aja, aku seolah ikut arus doang. Ikut alur tanpa tahu kejelasan alurnya. Kebanyakan buram berlebihan sebelum kutahu permasalahan. Kukerjakan hal itu, kuikuti hal itu, kuselami, kudalami, tapi maknanya tak tercicipi indra. Mataku seolah buta. Kupingku kehilangan pendengarannya. Hidungku tak menjumpai bau. Syarafku seketika tak peka. Aku kelimpungan soal hal ini. Ini masalah serius. Tidak biasanya aku begini. Berkali-kali kucari jawabannya, tapi tak kutemukan tendensi yang dapat mencerahkan. Kerugian macam apa ini?
Bulak-balik aku berkaca. Menilik tumpukan image yang selama ini telah membentukku. Kurang-lebih sudah 19 tahun aku hidup pada gerak antistatis di dunia ini.
Jadi keberadaan. Jadi materi. 19, masih angka yang sedikit, memang. Belum
terlalu banyak yang bisa disimpulkan angka sekecil itu. 19, dalam manisfestasinya, belum ada yang bisa angka itu beri pun sumbangkan. Tapi di angka itu malah sering kutayakan hal ini:
Tentang sesuatu yang membuatku memilih celana, baju, T-shirt, penyanyi favorit, parfum tertentu, tatanan rambut, film, lagu kegemaran, buku bacaan, hobi, makanan kesukaan. Sampai menentukan atensi pada sosok yang kuminati, pada sosok yang kukagumi, pada sosok yang kupanutkan.
Apa sebenarnya yang sedang kuperankan?
Apakah realitas ini? Adakah sesuatu yang benar-benar sejati?
Siapa yang bisa sederhanakan ini?
Dari pilihan yang telah kautentukan, kauyakini, kaupercayai, begitu kaumenjalaninya, tak terasa apa-apa, semua seolah percuma. Keadaan macam apa itu? Aku lari-lari tanpa tahu berlari untuk apa, menuju apa? Kulakukan ini, percuma. Kukerjakan ini, sama saja. Tak kupedulikan, malah makin parah. Situasi macam ini? Layak disebut apa? Bahkan, menyimpulkan keadaan yang kurasa saat ini, aku tak tahu lagi. Entah untuk apa pun kutulis ini? Entah ada gunanya, entah tidak? Apa sebenarnya yang kukejar. Gawat! Kumohon, di sini mulai pengap.
Terima kasih, terlalu banyak pertanyaan.
Jiwaku kekenyangan.
Tolong aku jawaban!