Dia
hadir. Jatuh bagai daun musim gugur. Keluguannya adalah risiko untukmu, keluguan
itu lahir dari sorot matanya yang polos bertamsil bidadari. Derivasi sinar
matanya adalah kelemahanmu, acapkali membikin gagu, sampai membuat debil
dirimu. Kau sadar jika ini bukan sekadar kerangka gombalan nan picisan.
Ketulusanmu sudah menyerupai dandanan badut menor, tak terbayang jika harus
membedakinya lagi. Dan menor bukanlah gayamu. Tapi tak berarti pelbagai hal itu
yang kini penyebab kau biru. Kau menyebutnya “kenikmatan mengalami” bukan
sekedar obrolan seputar farji, falus, atau lingga, hal semacam itu adalah
tipuan fisik, sedang “kenikmatan mengalami” yang kaumaksud adalah lebih
dari apa yang tampak itu. Kau bahkan tak mampu menuliskannya, sebab frasa,
klausa, jejeran kalimat, sama halnya dengan ukuran, sedang “kenikmatan
mengalami” yang kau punya tak terukur mungkin juga tak terdefenisi.
Harap tertinggimu saat ini hanyalah
kuasa agar dapa membaca pikirannya, memahami dia, jika bisa kalian bersatu
dalam ranah “rasa” berbagi dalam “kenimatan mengalami” hingga masing-masing
dari kalian saling percaya. Tanpa ragu membagi keinginan tulus itu dari lubuk
hati masing-masing. Namun, kata “andai” memberi batas padamu. Kau kalah oleh
kata itu. Meski pintamu sederhana: menyatu dalam cinta selamanya. Tak terlalu
muluk-muluk, itu yang kauyakini. Kebenaran yang pada saat ini kau anggap paling
benar.
Kebersamaanmu dengannya adalah
tujuan utama, akan rela kaulakukan apa pun untuk dapatkan kebersamaan itu. Bahkan
tak peduli jika harus melukai jari manismu, membiarkan darah segar memuncah di
atasnya. Dia lantas menanggap jarimu, kau pun tersentak kaget. Membiarkannya mengisap
serta menjilat darah itu adalah kerelaan sekaligus kebahagiaan. Sesuatu nan
ganjil terbit dalam dirimu umpama awan yang gelisah. Bersamaan dengan daun-daun
berguguran. Maka dia akan berkata: lukamu, lukaku juga! Persis drama yang kauharapkan akan terjadi dalam hidupmu. Kau tak
menafsirannya berlebihan. Bukankah drama adalah bagian dari hidup kita? Dan drama
yang kini kau dan dia jalani—sesuatu yang setia kaujunjung tinggi. Bersama
dengan junjungan tertinggimu rasa itu menelusup begitu saja. Hadir bagai siulan
angin dari lubang suling milik pertama setara Dewa Kresna. Lalu tiba-tiba kaucemas.
“Kenikmatan mengalami”-mu terhalangi. Sekali lagi dibatasi oleh kata “andai”.
Berharap “kenikmatan mengalami” itu
akan benar-benar terjadi. Andaikan kau dapat mengungkapkannya barang sejenak
saja....
#FiksiLaguku kepada @KampusFiksi
Terinspirasi oleh lagu, D cinnamons - Selamanya Cinta.
#FiksiLaguku kepada @KampusFiksi
Terinspirasi oleh lagu, D cinnamons - Selamanya Cinta.