Pernah sadar jika di tahun ini adalah coblosan pertamamu? Sebagai yang masih awam, masih baru, terlebih labil, banyak saya temukan fenomena 'aneh' nan menggelitik di pristiwa politik tahun ini. Mungkin karena di isi oleh orang-orang yang luar biasa. Sepanjang yang saya ketahui, tak pernah ada peran seaktif ini dari masing-masing kubu ataupun penonton. Banyak mereka yang mengaku dulu golput; tak peduli politik tapi sekarang, seolah melek, seperti baru bangun dari hibernasi panjang, mereka bangkit, menggebu-gebu menyuarakan suaranya, hal hasil banyak dampak dirasakan.
Saya bahkan dibuat limbung. Sebagai pemilih yang masih baru, saya harus mengambil sudut pandang dari mereka yang sudah duluan hidup atau berkecimpung di situ. Ini bukan main-main, sebagai warga negara yang baru setahun memegang KTP, saya merasa suara saya dibutuhkan di sini :'). Banyak goncangan saya dapatkan, semua perspektif seperti dapat diterima, segala sudut pandang seperti layak diperhitungkan. Sampai saya dibuat pusing, dengan 'inilah fakta si anu, inilah fakta si itu'. 'Beginilah si dia, beginilah si itu.' saya sempat di lema ketika melihat para seniman yang saya banggakan; mereka yang karyanya saya jadikan acuan, kebanyakan berpihak pada kubu sebelah. sementara sahabat terkasih, keluarga tercinta, suara rakyat di sekitar saya, memilih kubu yang satunya. Sementara saya? Berada di tengah, bingung sama pilihan, sebab begitu banyaknya sudut pandang, saya yang labil ini mendadak mual.
Ada, satu hal yang membuat saya terheran-heran. Rumor tentang "Siapa memfitnah siapa?", "Siapa menzolimi siapa?" Dilihat dari kubu sebelah, dialah yang paling merasa dirugikan. Dari kubu satunya lagi merekalah yang paling malang nasibnya. Di pihak pendukung 'sana' menganggap apa yang mereka pilih adalah jalan kebenaran, paling tokcer daripada pilihan lainnya. Diselingi dengan jutaan fakta, beribu komentar, ratusan analisis, dan sebagainya yang berupaya meyakinkan. Di pihak 'sini' pun tak kalah beda. Sama bersemangatnya menunjukkan fakta, komentar, analisis, dan semua tetekbengek untuk dapat pengakuan. Saya pikir ini luar biasa. Ada kesadaran di sini, ada kecintaan ingin membangun Negara jadi lebih baik lagi, terlepas dari segala pandanagn negatif yang bertaburan dan tak kalah memuakkan, dengan masing-masing kubu.
Pada hari H. Semoga kita (pemilih awam) sudah dapat tentukan mana yang terbaik bagi kita. Semoga bukan karena campur tangan atau revolusi-revolusi pencucian otak. Semoga bukan karena banyaknya isu, rumor, atau fitnah-fitnahan yang kita dapatkan. Semoga bukan karena hasutan atau iri beserta rasa dengki menyertai. Karena Indonesia bukan cuma sekedar lahan tempat perebutan tahta dan jabatan. Indonesia bukan sekedar berisikan manusia, di sini ada tanah, air, tumbuhan, hewan, juga udara, beserta rahimnya yang mengandung sumber daya, untuk terus dijaga.
Percayalah, apa pun pilihanmu saat ini; pilihan itu membawa dampak untuk masa nanti. Refleksimu pada tanggal 9 nanti adalah benih untuk Indonesia yang Insya Allah lebih baiklagi. Apa pun keputusanmu, ambil, genggam kuat, simpan dalam hati, dan luahkan dibilik pencoblosan nanti. Karena kita yang 'awam' ini, sampai kapan pun akan tenggelam di situ-situ saja, jika merebutkan siapa yang suci dan siapa yang kotor; siapa yang layak dan tidak. seperti saat kita membicarakan-Nya. kita tahu mengenai Dia. Tapi meski kita sama berjenis manusia, saya tak yakin, jika kita memiliki persepsi yang sama mengenai diri-Nya.
Siapapun nanti sosok pemimpin itu, maka biarkan ia mengemban amanah yang sudah ditentukan-Nya. Dan kita tetaplah cintai Negri ini. Tetaplah pada identitas itu. Cinta bahwa kita manusia Indonesia. Walaupun ada pemisah sementara pada angka satu dan dua.
Mari di bulan penuh berkah ini, sama-sama kita berdoa, siapapun pemimpin kita nanti, bagaimana tendensinya untuk Negara ini, semoga ia memimpin dengan membawa kesadaran yang nyata akan cinta sebagai manusia Indonesia. Cinta sebagai seorang hamba-Nya. Bawalah terus cinta itu saat Anda memimpin nanti. Juga saat tiba bagi Anda untuk mempertanggungjawabkannya.
Tertanda, suara kecil dari Bumi Pertiwi.