10 Oktober 2014

Bulan di Tempatku Tak Tampak Malam Ini

Assalamualaykum, Hai... 

Bulan di tempatku tak tampak malam ini, kupikir ada yang membawanya, semoga saja kamu... Bulan yang kumaksud bukanlah bulan dalam arti harfiah. Meskipun sesungguhnya memang tak nampak bulan di langit saat ini. 

Tat kala baris awal kalimat kaubaca, ketahuilah di sini aku tengah menebak-nebak bagaimana keadaanmu sekarang. Agak risau perasaanku, mengingat kita belum sempat saling berjabat tangan tadi siang--sebelum kau pergi, sebelum bus Pariwisata itu membawamu. Kendati begitu, doaku tak pernah jauh dari harapan semoga kau sehat, tetap semangat, dan yang terpenting sabar. Bersabar untuk apa yang akan kau hadapi nanti, ketahuilah bahwa semua itu akan jadi bekal pembelajaranmu. Apa pun wujud pembelajaran itu, meski dari bentakan, kata kasar, tindakan tak mengenakan, dan sejenisnya, dan sebagainya. "Kesabaran" akan jadi tameng paling kuat dalam apa pun keadaan yang nanti akan kau dapati.

Menuliskan pesan ini, membuat aku jadi teringat, bagaimana dulu aku pun pernah berada di posisimu. Memang lucu, menyadari jika segala yang kita lakukan adalah bentuk pengulangan. Aku sudah melaluinya dan sekarang giliranmu pula; duduk berjam-jam di dalam bus itu, menikmati setiap perjalanannya sebelum sampai di tempat tujan, dan merasakan hal yang tak kalah beda dengan yang dulu aku rasakan.

Aku kenal jelas jika kau punya sisi "pemberontak" dalam dirimu. Kita semua punya itu. Namun si "pemberontak" dalam dirimu, kuyakini miliki bentuk ksatria. Tolong gunakan "ksatria" itu pada waktu yang tepat. Jangan gegabah, karena segala yang kau dapati nanti hanyalah permainan lawakan yang turun temurun dijalankan. Percayalah, sisi "pemberontak yang ksatria" dalam dirimu tak pantas dikeluarkan dalam suasana di tempat kau nanti berada.

Dan yang terakhir, jangan marah! Mengingat Rasul pernah mengatakannya berulangkali untuk menasihati para sahabat. Dan memang seharusnya kau tak perlu marah. Kemarahan yang berakar dari kekesalan  hanya akan jadi jurang yang dalam, dan pada satu waktu ia menyesatkan, mengacaukan, terlebih merugikanmu.

Sang pemberontak berjiwa ksatria, saya tunggu kabar dari kamu. Semoga badan itu tak terlalu remuk redam saat pulang nanti. Juga jangan lupa, bawa kembali bulan yang kamu curi. Malamku makin sepi karena bulan tak tampak dari tempat peraduannya kini. :)


dari seseorang yang kaupanggil Abang.

Pengikut

Label

Wikipedia

Hasil penelusuran