11 April 2014

Aku Bisa Apa?

Namamu masih belum bisa kusebutkan. Dan maaf  untuk identitas yang setia kusimpan dalam rahasia.

Kauboleh menganggap tulisan ini sebagai perwujutan sapaan "hai" atau barangkali pelukan yang belum berani kuutarakan. Jelas aku rindu. Jelas aku ingin kita ciptakan temu. Dan jelas aku masih tak ingin kamu tahu. Aku bisa apa, gemerlapnya dirimu belum mampu aku susupi. Duniamu masih belum terjamah olehku. Bukan karena aku tak berusaha untuk itu, tapi saput yang menghalangi enggan memberi hasil pasti.

Aku punya pengakuan kecil. Memerhatikanmu saat kautertidur adalah aktivitas baruku. Maaf, kalau aku lancang, segala yang menyangkut kau menjadikan tingkahku tak berada pada garis yang seharusnya. Bahkan aku rela mengganti jam-jam penting dalam hidupku dengan imbalan mengamati air muka saat kau terlelap dalam kelelahan. Mencari kisah yang tergambar di setiap inci raut wajahmu. Menyelami guji hatimu. Merengkuhnya dalam lintas semu. 

Tahukah kau, tidak ada yang bisa didapatkan dari yang namanya mencintai diam-diam, selain rasa untuk bersiap-siap pada titik kehilangan. Aku bisa apa? Hanya mampu menatap punggungmu yang kian lama kian tak terjamah oleh mata. Menatap gugus bayangmu yang kian lama kian buram saja. Hal-hal semacam itu menjadi biang yang menggangu kelanjutan kita. Sekarang aku lebih memilih banyak diam. Lebih banyak rela. Lebih sabar menerima. Lebih banyak persiapan untuk kehilangan dan asupan obat untuk terluka. Aku akan memilih banyak diam, sementara kau tak perlu tahu apa-apa. Aku akan leih banyak bercerita pada-Nya. Mengenai dirimu, mengenai perasaanku. Kau tahu, aku pemeran drama yang hebat, bisa berpura-pura baik-baik saja di depanmu, itu mudah.

Aku pun tak tahu pasti apa sebenarnya rasa ini. Sebesar apa ia berada dalam dada. Yang jelas  rasa itu jadi pemicu, bahwa berharganya satu pertemuan yang menghadirkan sosokmu. Mungkin itu jadi alasan, mengapa 4 hari ini isi mimpiku selalu menghadirkan kamu. Kata orang, kalau kita memimpikan seseorang lebih dari sekali berarti kita merindukannya. Iya, aku merindukanmu. Begini ternyata rasanya, mengecap rasa yang belum kita tahu apa namanya.

Bicara soal kita. Mungkin ini bisa dikatakan eksistensi dari manusia yang menciptakan makna, menentukan pilihan dan mencari-cari kejelasan dalam tujuan.

Pengikut

Label

Wikipedia

Hasil penelusuran