Kali ini aku datang dengan begitu banyak pertanyaan. Coba kujawab satu persatu, namun selalu buntuh di kemudian. Beberapa hari ini banyak ketidaksingkronan kutemukan, ketidakcocokan kudapati. Dan saput yang sering kusebut-sebut itu, sekarang hilang tak kutemukan lagi dalam raut wajahmu. Banyak yang ingin kuutarakan prihal mengenai itu, tapi kau tahu aku kan? Aku selalu gamang bila memulai duluan. Aku terbiasa ditanya terlebih dahulu, berbicara saat ada yang mengajak bicara dan memunculkan reaksi jika ada yang memberi aksi lebih dari sekali. Aku tahu, itu hal buruk, aku masih berusaha menghilangkan kadarnya atau palingtidak menguranginya.
Beberapa hari ini, kita jarang berinteraksi. Mengapa ya? Tiba-tiba segalanya menjadi buram jika kucoba beri kejelasan. Memang, sebelum kejanggalan ini kurasakan. Aku sulit mengambil jarak intim denganmu, kadang meletakkan jarak personal pun aku ragu, selalu banyak sampah dalam hatiku mengambang mengenai hal itu. Intinya kau terlalu kukagumi, sampai-sampai aku tak mengerti bagaimana harus memosisikan diri. kau begitu sempurna, sampai-sampai sinarmu menyilaukan mata. Terlalu terang. Terlalu sempuna. Jangankan untuk hal demikian, menyelami cahaya matamu pun aku tak pernah sanggup. Di retinaku kau terlalu segalanya dan aku tak berarti apa-apa.
Kau tahu, setiap hari aku sibuk menatap bayanganku di cermin. Sekedar mereka-reka kosa kata dan berlatih berbicara. Mencoba menggombal dan membual, mencipta kata penuh metafora dan mengisinya dengan selingan pengetahuan, cuma agar kau terkesan. Setidaknya kau mau meletakkan sedikit perhatianmu padaku. Namun, pada kenyataannya, berapa banyak pun latihan yang kulakukan, ketika di depanmu, tatkala kutatap matamu, sepeti biasa aku tak dapat bicara banyak.
Semua tentang kita selama ini setia melekat di kepala. Memori otakku pandai menjelma pristiwa-pristiwa yang kuanggap indah dan nyata. Setiap detiknya berharga, setiap suasananya berbeda, aku terjebak di sana, memang manis dan aku terhipnotis. Diammu adalah gerak lincah bagiku, suaramu salah satu hal mistis dalam hidupku, gerakmu? Ahh, tak perlu ditanya, diammu saja sudah begitu memesona apalagi gerakmu? Terlebih saat kau mengajakku berbicara. Dadaku seolah meledak karena hal sederhana macam itu. Sial! Betapa makin tak sehatnya kekagumanku. Kau terlalu magis, bahkan telah lama rela kujadikan kau yang pertama dan satu-satunya di dunia.
Tapi tiba-tiba terasa semua pengungkapanku ini tak berguna. Faktanya, kita sudah tidak saling bicara. Menatapmu kini membuat aku ketakutan. Mungkin banyak persoalan membanjiri harimu, entahlah aku tak tahu pasti. Kau teramat pandai menyamarkan semua, terlebih menyimpan masalah, mengkonsumsinya hanya untuk dirimu sendiri. Namun, kau sadar atau tidak, dalam sayu matamu yang sering jadi pusat perhatianku, kau tak bisa sepenuhnya sembunyikan itu. Benarkan? Tak ada manusia yang bisa benar-benat tegar. Manusia hanya berusaha terlihat tegar, berusaha tampak baik-baik saja. dan soal kepura-puraan atau kenyataan itu urusan di kemudian. Lihat? Semakin bertambah kekagumanku padamu!
Terserah kau peduli atau tidak. Yang jelas aku terkagum-kagum pada diammu, celoteh juga gurauanmu, terlebih saat kita dalam satu zona, melakukan kontak mata, saling bertegur sapa dan berbicara. Ada satu rahasia lagi yang tidak sanggup jika terus kusimpan sendirian: kadang ketika kita bersama ingin sekali rasanya bisa memelukmu dengan tanganku sendiri. Bukan sekedar memelukmu dalam doa. Bukan juga dalam tanya.
Sebenarnya ingin menyebutkan identitasmu.
Tetapi aku ragu.
Aku belum terlalu dewasa untuk hal itu.