Kamu boleh menganggap barisa huruf ini adalah metamorfosis dari setiap kata sapaan atau pun salam yang sering di depanmu ragu-ragu kuucapkan. Alasannya sederhana, takut kalau-kalau kau tak merespon balik. Ada keadaan di mana aku terlalu rindu, terlalu ingin bertemu, dan terlalu tak menginginkan kamu tahu. Sebenarnya sudah terlalu bosan menuliskan hal-hal semacam ini. Tapi tak bisa kubiarkan, ada seonggok harap tercekat, tersesat karena tak menemukan tempatnya. Harap itu sulit berlari karena ragu masih mengikatnya dengan simpul mati.
Sering aku menerka, bagaimana rasanya memandang dengan mata yang kaupunya? Bagaimana rasanya mendengar dengan kedua telinga milikmu? Dan bagaimana rasanya mengaroma serta mecicipi segala dengan organ indra kepunyaanmu?
Kadang aku berharap bisa hidup dua tahun lebih awal, jadi kita seusia. Jadi yang kutahu sekarang bisa dua tahun lebih cepat kuketahui. Andai tongkat sihir itu memang ada. Tongkat sihir yang sebenar-benarnya. "Herus Kerus Ceruss..." Dan menjelmalah aku menjadi sebuah keberadaan yang senantiasa berada di mana pun kamu berada. Mungkin aku bisa jadi benda-benda mati yang melekat di badanmu. Atau makhluk-makhluk hidup di sekelilingmu. Apa pun yang dapat membuatku senantiasa berada di zona kamu ada. Atau....Hhmm... "Evanesco Erecto Epilepsey." Maka menjelmalah aku menjadi isi hatimu. Akkhh.. Memabyangkannya saja sudah membuat debar jantungku memuncah tumpah ruah. Mungkin akan meledak sebentar lagi. DUAARRR!
Terlalu anehkan perasaan ini? Tidak ada yang tahu betapa besar satu pertemuan bagiku. tidak ada yang mengira, bersebelahan denganmu, ajaib adanya. Dan tidak ada yang mengerti, bahkan 'aku' sendiri.
Aku masih berharap tongkat sihir tadi ada. Jadi bisa kuayunkan ia dan kuucap mantra. Maka kita tak perlu bersama. Cukup menyatu saja.