Aku menulis ini tepat ketika letupan juga kilau kembang api membedaki udara. Ketika kabar dari Washington DC berhembus sepoi-sepoi, bahwa China akan segera mengungguli Amerika Serikat, duduk di peringkat pertama kekuatan ekonomi terbesar dunia. India berada di urutan ketiga menggeser kekuatan lama yaitu Jepang. Dan Indonesia dikabarkan masih berada di urutan ke-10 (ini sekedar selingan). Juga ketika rintik hujan menjarumi tanah, serta merta mengirimkan bau basahnya. Ketika kue nastar berjejer di rumah-rumah tetangga. Ketika lontong dan ketupat masih dalam tempat perebusannya. Ketika takbir, tasbih, dan tahlil menggema di mana-mana. Dan... ketika rindu memenuhi ubun-ubun kepalaku.
Benakku dipenuhi angka jarum jam yang mengarah pada pukul lima. Jadi teringat saat kita berjaga dan enggan kembali tidur. Seperti ditelepati bahwa kebersamaan nan romantis ini akan diculik waktu secara perlahan-lahan. Dimensi yang sebelumnya sunyi, menghantarkan kita pada titik ini.
Titik yang mengarahkan kamu pada cinta yang selama ini kamu jaga. Dia memang paling ahli menyembunyikan rahasia. Di balik kebetulan-kebetulan, selalu ada rencana-Nya yang tersamarkan. Cinta itu tak pernah terang-terangan menunjukkan aksinya. Tahu-tahu dia ada di saat zat asam menyerang lambung kita. Lewat lorong-lorong kecil dia hadir saat kita berbuka. Lewat kantuk dan rasa lelah, dia singggah di tengah sendokan sahur kita. Juga dari langkah kaki yang sempat goyah, cinta itu membantu memapah. Tidak tahu seperti apa yang disebut akhir, cinta itu setia bersama kita, merambah segalanya dan mengalir tanpa imbalan apa-apa.
Kalau bisa kamu rasakan, aku ingin menjelma jadi makhluk teransparan. Menyusupi indra yang sering kaupinjamkan. Dan mengobati rindu yang mampir satu per satu. Rindu yang hadir tatkala cinta itu kuat mengalir. Kadang dari atas ke bawah, kadang datar, pernah dari bawah ke atas.
Akhirnya inti dari tulisan ini; Taqabalallahu Minna Waminkum... Terima kasih kepada adamu yang setia mengukirkan cerita-cerita baru. Tak perlu memastikan kita akan setia bersama, pastikan saja hati kita masih sama-sama diisi rasa percaya.
Terakhir, ada pesan yang ingin kusampaikan: tadi si tampan Ramadhan kirim salam, katanya, "Aku undur diri ya, semoga nanti kita bertemu lagi. Tetap jaga iman baik-baik..."
Kamu boleh bersedih sekaligus bahagia saat ini...
Minal 'Aidin wal-Faizin. Mohon maaf lahir dan batin. :)