Pukul 23:00 WIB.
Masih harus menunggu satu jam untuk sampai di tengah malam. Mungkin ini pekerjaan sia-sia, aku akan menganggap kamu nanti bakalan mengatakan hal itu. Tapi seperti yang aku percayai; sebuah kesia-siaan hanya menimpa mereka yang tak pernah tulus sepenuh hati. Dan ketulusan akan membuahkan hasil setimpal. Di satu jam ini, aku sedang menati satu proses hal besar yang pernah terjadi. Kukatakan ini padamu, wahai engkau yang senang berprosesi. Menginginkan semuanya sesuai urutan rencana. Aku menunggu tanggal lima bulan Agustus.
Sembari menunggu, aku ingin bercerita padamu tentang sebuah surat dan perjalanan yang tak habis-habis. Pertama surat. Jelas itu cara lama, ada e-mail, ada internet, tapi aku suka cara lama. Seringnya cara-cara klasik macam itu yang bisa membuat sesuatu lebih eksistensial. Jadi, ada sepuluh surat yang kutulis tangan (aku belum mahir menulis dengan kaki). Surat pertama, tertulis tahun 2013 akhir Desember, isinya sederhana: mengenai pertemuan atau lebih tepatnya genggaman tangan pertama kali. Waktu itu aku masih jadi pendatang, masih berusaha akrab dengan unggas, tetanaman, dan anomali sekitar. Namun, genggaman tangan pertama kali itu mampu membuatku terhanyut dan percaya tentang pencarian, bahwa kita tak boleh stagnan pada satu tempat. Sebab hidup ini cair, bergerak seperti mengalir.
Sejak saat itu, aku jadi sering menulis surat. Kuberi judul: Surat Yang Tak Pernah Terkirim. Agar lebih mudah, aku singkat jadi SYTPT. Selama proses penulisan SYTPT, ada satu hal yang kusadari. bahwa sebenarnya, surat-surat itu tak benar-benar tidak terkirim. Karena sesungguhnya berkat surat-surat itu, aku jadi bisa berdiskusi dengan angin. Dengan seketsa wajah, bibir yang terseyum namun mata tidak. Dengan susunan magis telapak tangan sebelas jari. Dengan mata ngantuk dan wajah yang kurang tidur. Dengan detak waktu.... mengenai kamu.
Sekarang pukul 23:30.
Tak terasa... memikirkan momentum-momentum itu, serta berusaha merapal juga menuliskannya, memakan waktu sampai setengah jam. Kadang memang suka begitu. Ada banyak cara untuk mentransper perasaan. Dan menulis adalah kegiatan transper perasaan yang paling kugemari. Tapi, setiap cara selalau punya titik lemahnya. Aku nggak tahu, kamu sudah lupa, atau setengah lupa, atau mungkin lupa total, tentang satu perbincangan kita mengenai bahasa. Aku pernah bilang, jika sesungguhnya bahasa nonverbal hanya mampu utarakan 7% dari 100% perasaan. Sedangkan bahasa verballah yang mampu gambarkan secara detail perasaan, dengan mimik dan gerak , hampir mencapai 97% dari 100% perasaan yang ingin diutarakan. Kendati begitu, aku selalu berdoa, semoga setiap apa yang kutulis dapat dimengerti orang-orang terkhususnya kamu. Aamiin.
Kalau soal mengenai perjalanan yang tak habis-habis. Aku ingin beritahu bahwa betapa tertariknya aku dengan segala hal yang berbau arah kiri. Bukan tanpa alasan, Aku pernah bertemu dengan seseorang yang hanya punya bagian tubuh sebelah kiri. Ngeri kan? dia hanya punya mata kiri, tangan kiri, kaki kiri, tak kutahu apa sebabnya. Yang membuatku makin takjub "itu"-nya pun dia cuma punya yang sebelah kiri. Jangan tanya aku, aku pun bingung, penyakit macam apa yang bisa seaneh itu. Segalanya terlalu kekiri-kirian. Dia pernah bilang, bahwa reproduksi terbaik itu adalah yang sebelah kiri. Tapi menurutku itu hanya bualannya saja, tapi mungkin juga harus kucari tahu. Kita kan nggak pernah tahu? Prihal keberadaan si manusia kiri itu, sudah sejak tiga tahun ini aku tak lagi bertemu dengannya. Alamatnya sudah berganti, tak tahu dia masih hidup atau sudah mati?
Hampir tiba tengah malam...
Kamu harus tahu betapa tertariknya aku dengan tanggal lima Agustus. Semata-mata karena seseorang telah terlahir keduania pada tanggal itu. Bukan maksudku ingin berlebih-lebihan dengan tanggal lima dan lahirnya seseorang itu. Malah aku ingin memberi satu pemberitahuan. Sekedar ingin berbagi mengenai masalah penambahan umur. Bahwa semakin kita tua, kita sadar kita semakin sulit tertawa. Bukan karena dunia ini memilukan, tapi karena umur tak melakukan pengulangan. Usia berjalan maju, terus bertambah dan semakin mendekatkanmu pada satu titik. Aku tak sedang menakut-nakuti tapi itulah yang terjadi. bahwa bertambahnya umur seseorang, maka semakin tergerus waktunya untuk mengingat mortalitas.
Suatu hari nanti, ketika kamu temukan sepuluh surat yang telah kutuliskan. Ketika manusia temukan cara untuk utarakan 100% perasaan. Saat kamu juga bisa merasakan betapa menakjubkannya sebuah perjalanan yang tak habis-habis, bersama dengan kecintaan seseorang terhadap segala hal yang kekiri-kirian. Kamu boleh percaya, bahwa sejak satu jam yang lalu.... rela kutunggu sampai tengah malam, untuk menuliskan paragraf-paragraf tak keruan ini, hanya agar dapat mengatakan:
"Selamat ulang tahun. Selamat bertambah usia. Araf Ali Wijaya Pasaribu."
Pukul 00:00 WIB, 05 Agustus 2014.