Diikut sertakan dalam tantangan #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge
18-27 Januari 2017
Hari pertama #10DaysKF.
Jelaskan
bagaimana tipe kekasih yang kamu dambakan? Kerap saya akan garuk-garuk kepala
yang tak gatal, kala pertanyaan seperti ini atau yang sejenisnya, ditanyakan
kepada saya. Saya akan menjawab dengan memandang si penanya, membaca maksud
pertanyaannya, lalu menepuk bahunya pelan, sembari mengajak ia ke kantin untuk
cari makanan. Enak ya!
Sejujurnya, tak pernah saya pikirkan
kekasih seperti apa yang sebenarnya saya inginkan. Syarat ideal saya yang
seperti apa, orang yang saya suka harus bagaimana, tak begitu penting menurut
saya. Saya menjalani hidup, beraktivitas, melakukan apa yang sama mau, tanpa
sekali pun memikirkan: kekasih saya harus seperti apa ya? Dan begitulah uniknya
kesadaran. Sebelum ditanya, kita menjalankan sesuatu hal itu dengan wajar,
sebagaimana biasanya kita lakukan. Semua mengalir begitu saja. Tapi saat
ditanya, kita jadi kembali merumuskan. Kesadaran yang kita miliki akhirnya
merunutkan pola. Seolah kita dipaksa untuk menyadari dan merangkum. Seperti saat
ditanya dengan pertanyaan: untuk apa kamu minum? Kenapa kamu makan? Buat apa
sekolah? Pertanyaan-pertanyaan wajar itu, ketika diajukan kepada kita, membuat
kita memikirkan sesuatu yang awalnya tak kita pikirkan sebab itu hal yang wajar
dan biasa kan?
Lalu kamu pun akan menjawab, saya
minum untuk memenuhi dahaga, sebab kekurangan cairan. Saya makan untuk mengisi
tenaga agar terus bernafas, saya sekolah sebab banyak orang dibodoh-bodohi dan
saya tak mau itu. Begitulah akhirnya kamu merumuskan, sontak hal-hal yang semula kamu
anggap wajar lalu menjelma sikap politik.
Berkenaan dengan pertanyaan pembuka paragraf
tulisan ini, saya telah berpikir cukup mendalam sejak pertama kali tantangan
ini dipublikasikan. Saya akhirnya mengambil sikap, tentang bagaimana kekasih yang saya
dambakan. Saya menuliskannya dalam:
10+1
Kriteria Kekasih yang Saya Dambakan
Inilah kesebelas kriteria itu:
1. Dia
haruslah manusia. (saya belum bisa terima kenyataan berhubungan dengan makhluk
astral, semacam Goblin atau Malaikat Maut, kayak film apa gitu ya? Hahahaha.)
2. Dia
mestilah perempuan, kendati saya mengambil sikap terbuka menanggapi tentang yang bukan
heteroseksual.
3. Dia
tidaklah selibat. (Abaikan yang ini).
4. Mestilah
dia bukan tipe orang yang banyak mengeluh saat diajak berjalan jauh. Ini penting,
sebab saya orang yang lebih suka naik kendaraan umum, walau saya punya
kendaraan pribadi.
5. Dia
haruslah punya banyak pengetahuan tentang nama jalan dan lokasi-lokasi kota yang
penting, serta trak jalur angkot. Sebab sungguh saya cenderung pelupa mengingat
nama jalan. Meski jalan tersebut telah saya lewati beberapa kali—seperti mengenal
seseorang, kau tak lantas ingat dengan hanya bertemu satu-dua kali (kecuali ia memberi
kesan tak biasa).
6. Mestilah
dia pandai membaca peta. Saya suka tersesat dan hilang arah (pahami makna
konotasinya) Eeaaak!
7. Kalau
kata dr. Dr. Rina Masadah Sp. PA, M. phil (yang saya baca di DP BBM teman saya,
hehehee): “Setiap anak diwariskan tingkat intelektual dari kromosom 1 gen
ibunya, bukan dari ayahnya. Oleh karena itu carilah calon istri yang pandai.”.
Sebab sungguh saudara-saudara, kalau sekadar cantik, laki-laki pun sekarang
banyak yang cantik.
8. Setidaknya
ia senang dengan sastra, seru juga setiap kali saya membayangkan mengobrol
dengan topik-topik seputar sastra bersama kekasih. Di atas temaram sinar bulan.
Atau percakapan panjang hingga larut tertidur via telfon. Atau berdebat tentang
penulis mana yang paling memukau karyanya. Atau saling memotivasi agar naskah tulisan
cepat kelar. Kamu udah sampai BAB berapa nulisnya? Aku udah mau selesai loh. Duuhhh,
keselek kursi!
9. Dia
adalah orang yang juga bisa mengerti, mengapa keindahan tak harus dinamai.
(untuk ini ada alasan privat yang tak bisa dituliskan).
10. Dia
tak harus pinter masak, saya tak masalah dengan itu. Namun, kalau dia bisa
buatkan saya nasi goreng telur mata sapi kalau saya lagi sedih, saya akan
sangat berterima kasih. Dan memperjuangkannya habis-habisan. Ini serius.
+1
tak perlu memikirkan sepuluh point di atas. Dia yang bisa datang dengan segala
kesederhanaan dan menerima saya sebagaimana adanya saya. Saya akan sangat
bersyukur untuk itu.
Demikianlah sebelas alasan yang bisa saya rumuskan
saat orang bertanya kekasih seperti apa yang saya dambakan. Kalau saya baca ulang
lagi, terasa macam mau cari calon istri sesegera mungkin ya? Astaga! Skripsi belum
kelar! Masih sering direpetin Emak gara-gara suka kesiangan bangun.
Duuh… buru-buru lanjut skripsian.
Bye!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar